
Domba Texel: Pilihan Terbaik untuk Peternakan Daging di Dataran Tinggi – Dalam dunia peternakan modern, domba Texel dikenal sebagai salah satu ras unggulan penghasil daging terbaik di dunia. Nama “Texel” berasal dari pulau Texel di Belanda, tempat domba ini pertama kali dikembangkan. Dari sanalah, ras ini menyebar ke berbagai belahan dunia — mulai dari Eropa, Amerika, Australia, hingga Asia, termasuk Indonesia.
Sejak abad ke-19, para peternak Belanda melakukan seleksi ketat untuk mendapatkan domba yang tidak hanya tahan terhadap iklim dingin, tetapi juga memiliki pertumbuhan otot cepat dan proporsi daging tinggi. Hasilnya adalah domba Texel, yang kini dikenal luas karena kualitas karkasnya yang padat dan rendah lemak. Dagingnya memiliki tekstur halus, serat lembut, dan cita rasa gurih yang disukai konsumen di pasar premium.
Ciri fisik domba Texel sangat mudah dikenali. Tubuhnya berbentuk kompak, berotot, dan proporsional. Kepala berwarna putih tanpa tanduk, telinga agak pendek, dan moncong sedikit gelap. Bulu domba ini juga pendek, padat, dan mudah dirawat. Bobot seekor domba jantan dewasa bisa mencapai 90–130 kg, sementara betina berkisar 70–100 kg, tergantung kondisi pemeliharaan.
Keunggulan utama Texel tidak hanya pada produktivitas daging, tetapi juga pada efisiensi pakan. Domba ini mampu mengubah pakan hijauan menjadi daging dengan rasio konversi yang sangat baik. Itulah sebabnya, Texel menjadi ras favorit di daerah yang memiliki sumber hijauan melimpah, seperti dataran tinggi dan pegunungan.
Selain itu, Texel juga terkenal dengan daya tahan tubuh yang kuat. Mereka dapat beradaptasi dengan cepat terhadap suhu dingin dan perubahan cuaca ekstrem, yang sering terjadi di daerah tinggi. Domba ini memiliki lapisan lemak tipis yang menjaga suhu tubuh tanpa membuat dagingnya terlalu berlemak. Hal ini menjadikan Texel ideal untuk sistem peternakan terbuka maupun semi-intensif.
Dari segi reproduksi, indukan betina Texel termasuk produktif dengan tingkat kelahiran tinggi. Seekor induk mampu melahirkan 1–2 ekor anak per kelahiran, dan anak-anaknya memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sangat baik. Karena sifat keibuan yang kuat, induk Texel sering dijadikan ras dasar dalam program persilangan untuk memperbaiki kualitas genetik domba lokal.
Tidak mengherankan bila Texel disebut sebagai “ratu domba pedaging” karena menggabungkan kekuatan otot, efisiensi, dan daya tahan luar biasa dalam satu paket genetik.
Strategi Pemeliharaan Texel di Dataran Tinggi agar Optimal
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari beternak domba Texel, diperlukan sistem manajemen yang baik — mulai dari pemilihan lokasi, pakan, hingga perawatan kesehatan.
1. Pemilihan Lokasi yang Tepat
Texel tumbuh optimal di wilayah dataran tinggi dengan suhu berkisar antara 15–25°C. Udara sejuk membantu menjaga nafsu makan dan mengurangi stres pada domba. Daerah seperti Lembang, Puncak, Malang, dan Enrekang di Indonesia merupakan lokasi yang sangat cocok. Selain itu, dataran tinggi juga umumnya memiliki ketersediaan hijauan alami seperti rumput gajah mini, clover, dan alfalfa yang menjadi sumber pakan utama Texel.
Kandang Texel sebaiknya dibangun di area yang kering dan memiliki drainase baik untuk mencegah kelembapan berlebih yang dapat menyebabkan penyakit kaki atau infeksi kulit. Desain kandang panggung dengan ventilasi baik sangat disarankan agar sirkulasi udara tetap lancar dan kandang tidak lembap.
2. Pakan Berkualitas dan Pola Pemberian yang Efisien
Texel dikenal efisien dalam memanfaatkan pakan hijauan, namun untuk pertumbuhan optimal, diperlukan kombinasi pakan hijau dan konsentrat.
- Hijauan: Rumput gajah, kaliandra, leguminosa, dan daun lamtoro.
- Konsentrat: Dedak padi, bungkil kedelai, jagung giling, serta mineral tambahan seperti garam dan kapur.
Pemberian pakan dilakukan dua hingga tiga kali sehari, dengan air minum bersih selalu tersedia. Untuk penggemukan, domba jantan dapat diberi pakan hingga 5% dari bobot tubuh per hari dalam bentuk campuran hijauan dan konsentrat.
Selain itu, fermentasi pakan juga bisa menjadi strategi efisien di dataran tinggi, karena memperkaya nutrisi dan meningkatkan kecernaan. Peternak dapat memanfaatkan bahan lokal seperti jerami padi atau ampas tahu yang difermentasi menggunakan EM4 untuk menghemat biaya produksi.
3. Manajemen Kesehatan dan Kebersihan Kandang
Meski Texel termasuk domba kuat, pencegahan penyakit tetap menjadi prioritas. Beberapa penyakit umum yang perlu diwaspadai antara lain kudis (scabies), cacingan, dan pneumonia. Untuk menghindari hal tersebut, kandang harus dibersihkan rutin, dan hewan diberi vaksin serta obat cacing secara berkala.
Texel juga membutuhkan perawatan kuku setiap 1–2 bulan sekali agar tidak tumbuh terlalu panjang dan menyebabkan infeksi kaki. Sementara bulu yang mulai kotor dapat digunting sebagian untuk menjaga kebersihan kulit.
Program kesehatan yang disiplin akan menjaga kualitas karkas tetap tinggi, karena domba yang sehat menghasilkan daging yang lebih padat, merah segar, dan rendah kadar lemak jenuh.
4. Seleksi dan Persilangan untuk Genetika Unggul
Banyak peternak di Indonesia kini melakukan persilangan Texel dengan domba lokal seperti Garut atau Jonggol. Tujuannya untuk mendapatkan keturunan yang memiliki ketahanan tropis namun tetap mempertahankan kualitas daging Texel.
Hasil persilangan ini biasanya menghasilkan domba yang lebih mudah dirawat, tumbuh cepat, dan cocok untuk peternakan di dataran menengah hingga tinggi.
Texel juga sering digunakan dalam program pembibitan nasional, terutama untuk meningkatkan populasi domba pedaging berkualitas tinggi. Dengan dukungan teknologi reproduksi seperti inseminasi buatan (IB), penyebaran genetik Texel ke seluruh wilayah Indonesia bisa dilakukan lebih cepat.
5. Potensi Pasar dan Nilai Ekonomi
Permintaan terhadap domba Texel terus meningkat, baik di pasar domestik maupun ekspor. Daging Texel dikenal memiliki nilai jual tinggi karena kualitasnya yang premium. Di pasar restoran dan hotel berbintang, harga karkas Texel bisa mencapai dua kali lipat dari domba lokal biasa.
Selain itu, populasi Texel juga dibutuhkan untuk hewan qurban dan aqiqah kelas menengah atas, yang mencari domba dengan postur besar dan tampilan menarik. Peternak di dataran tinggi memiliki peluang besar untuk menguasai segmen pasar ini, terutama jika mampu menjaga kualitas dan kontinuitas pasokan.
Peluang lain datang dari penjualan bibit unggul Texel untuk peternak pemula. Indukan betina Texel berkualitas dapat dijual dengan harga tinggi, terutama jika memiliki catatan reproduksi baik dan kesehatan terjaga.
Dengan strategi pemeliharaan yang benar, keuntungan dari beternak Texel bisa mencapai margin 30–40% per siklus, terutama pada sistem penggemukan intensif.
Kesimpulan
Domba Texel telah membuktikan dirinya sebagai ras unggulan dunia dalam hal produktivitas daging, efisiensi pakan, dan adaptasi terhadap iklim dataran tinggi. Dengan karakteristik tubuh berotot, daya tahan kuat, dan rasa daging premium, Texel menjadi pilihan ideal bagi peternak yang ingin fokus pada peternakan domba pedaging modern dan bernilai ekonomi tinggi.
Meski perawatan Texel membutuhkan perhatian khusus pada aspek pakan, kesehatan, dan kebersihan kandang, hasil yang didapat sebanding dengan upaya yang dilakukan. Ras ini tidak hanya menjanjikan keuntungan finansial, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas genetik domba nasional.
Bagi daerah dataran tinggi di Indonesia yang kaya akan hijauan, pengembangan domba Texel dapat menjadi solusi ekonomi berbasis sumber daya lokal yang berkelanjutan. Dengan dukungan teknologi, pelatihan, dan kebijakan yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi salah satu produsen domba Texel terbaik di Asia.
Pada akhirnya, Texel bukan hanya sekadar domba pedaging — ia adalah simbol efisiensi, kekuatan, dan masa depan peternakan berkelanjutan yang menggabungkan tradisi dan inovasi.