Itik Mojosari: Keunggulan Adaptasi Lokal dan Hasil Telur yang Konsisten

Itik Mojosari: Keunggulan Adaptasi Lokal dan Hasil Telur yang Konsisten- Itik Mojosari merupakan salah satu plasma nutfah unggulan Indonesia yang berasal dari Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Jenis itik ini dikenal sebagai penghasil telur berkualitas tinggi dengan produktivitas yang stabil, sehingga menjadi pilihan utama bagi peternak di berbagai daerah. Selain itu, kemampuan adaptasi itik Mojosari terhadap lingkungan tropis menjadikannya unggul dibandingkan dengan beberapa ras itik impor.

Secara fisik, itik Mojosari memiliki penampilan yang mudah dikenali. Itik betina biasanya berwarna cokelat keemasan dengan corak halus pada bulunya, sedangkan jantan memiliki warna lebih gelap, cenderung cokelat tua dengan kilau hijau pada kepala. Bentuk tubuhnya ramping dan memanjang, menunjukkan karakteristik itik petelur sejati. Berat tubuh itik betina dewasa berkisar antara 1,2 hingga 1,5 kilogram, sementara jantan bisa mencapai 1,8 kilogram.

Salah satu ciri khas paling menonjol dari itik Mojosari adalah produktivitas telurnya yang tinggi. Dalam kondisi pemeliharaan yang baik, seekor itik betina bisa menghasilkan antara 200 hingga 250 butir telur per tahun. Warna telur itik Mojosari umumnya kebiruan, dengan ukuran yang lebih besar dibanding telur ayam ras. Kandungan gizinya pun sangat tinggi, terutama protein dan lemak, sehingga banyak digunakan untuk produksi telur asin berkualitas premium.

Selain dari segi produktivitas, daya adaptasi terhadap lingkungan juga menjadi alasan mengapa itik Mojosari banyak dibudidayakan. Mereka mampu bertahan dalam berbagai kondisi cuaca, baik di dataran rendah maupun tinggi, serta memiliki ketahanan tubuh yang baik terhadap penyakit umum unggas. Faktor-faktor inilah yang membuat itik Mojosari tidak hanya populer di Pulau Jawa, tetapi juga mulai dikembangkan di wilayah Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.


Teknik Pemeliharaan dan Strategi Peningkatan Produksi Telur

Keberhasilan beternak itik Mojosari sangat dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan dan pemberian pakan yang tepat. Meskipun terkenal adaptif, itik ini tetap memerlukan lingkungan yang bersih, nutrisi seimbang, serta manajemen kandang yang baik agar produksi telur optimal.

1. Sistem Pemeliharaan

Terdapat dua sistem pemeliharaan yang umum diterapkan pada ternak itik Mojosari: sistem intensif dan sistem semi intensif.

  • Sistem intensif dilakukan dengan menempatkan itik sepenuhnya di dalam kandang. Metode ini cocok untuk peternak dengan lahan terbatas, karena pengawasan dan kontrol pakan lebih mudah dilakukan. Dengan sistem ini, peternak bisa menjaga kebersihan telur dan memantau kesehatan itik secara rutin.
  • Sistem semi intensif memungkinkan itik keluar mencari pakan tambahan di area sawah atau pekarangan tertentu pada siang hari, kemudian dikandangkan kembali sore hari. Sistem ini menekan biaya pakan, tetapi memerlukan pengawasan ekstra agar itik tidak terkena penyakit dari lingkungan luar.

2. Pakan dan Nutrisi

Kunci dari produktivitas itik Mojosari adalah pakan yang mengandung nutrisi seimbang. Pakan yang baik biasanya terdiri dari campuran dedak padi, jagung giling, bungkil kedelai, serta tambahan mineral dan vitamin. Untuk petelur, kandungan protein ideal berada di kisaran 18–20%.

Pemberian pakan bisa dilakukan dua hingga tiga kali sehari, tergantung umur dan kondisi itik. Air minum juga wajib tersedia sepanjang waktu, karena itik membutuhkan asupan air tinggi untuk metabolisme tubuh dan pembentukan telur.

Peternak modern kini mulai menggunakan pakan fermentasi untuk menekan biaya dan meningkatkan daya cerna. Bahan-bahan seperti dedak, ampas tahu, atau jagung dapat difermentasi menggunakan mikroba probiotik. Cara ini terbukti meningkatkan efisiensi pakan dan mempercepat masa produksi.

3. Manajemen Kandang

Kandang itik Mojosari sebaiknya dirancang agar memiliki ventilasi baik, lantai yang mudah dibersihkan, serta pencahayaan cukup. Kelembapan udara di dalam kandang perlu dijaga antara 60–70%. Jika terlalu lembap, risiko penyakit kulit dan pernapasan meningkat.

Kandang beralaskan bambu atau kawat galvanis dengan jarak antar bilah sekitar 1,5 cm menjadi pilihan ideal agar kotoran dapat langsung jatuh dan tidak menumpuk. Area kandang juga perlu diberi kolam kecil atau tempat mandi, karena itik membutuhkan air untuk menjaga kebersihan bulu dan suhu tubuh.

4. Perawatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit

Walaupun tergolong kuat, itik Mojosari tetap rentan terhadap penyakit seperti kolera itik, flu burung, dan cacingan. Pencegahan lebih baik dilakukan sejak awal melalui vaksinasi rutin, pemberian pakan berkualitas, serta menjaga kebersihan lingkungan kandang.

Tanda-tanda itik sakit biasanya meliputi penurunan nafsu makan, bulu kusam, dan produksi telur menurun. Isolasi terhadap itik yang menunjukkan gejala penyakit wajib dilakukan untuk mencegah penularan ke populasi lain.

Dengan perawatan yang baik, tingkat produksi telur itik Mojosari dapat mencapai 80–90% dari total populasi, menjadikannya salah satu ras itik paling produktif di Indonesia.


Peran Ekonomi dan Potensi Pengembangan Itik Mojosari

Budidaya itik Mojosari bukan hanya menguntungkan dari sisi produksi telur, tetapi juga memberikan dampak ekonomi luas bagi masyarakat pedesaan. Peternakan itik sering menjadi usaha keluarga karena dapat dijalankan dengan modal relatif kecil, perawatan mudah, dan hasil yang cepat terlihat.

Harga telur itik Mojosari stabil di pasaran, terutama karena permintaan untuk bahan baku telur asin terus meningkat. Daerah seperti Brebes, Tegal, dan Cirebon menjadi sentra produksi telur asin dengan bahan baku utama berasal dari telur itik Mojosari. Dalam skala industri kecil, setiap 100 ekor itik petelur dapat menghasilkan hingga 20 kilogram telur per minggu, yang bila dikonversikan ke nilai jual bisa mencapai jutaan rupiah per bulan.

Selain telur, daging itik Mojosari jantan juga memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama untuk pasar kuliner seperti sate itik, rica-rica, dan olahan daging lainnya. Permintaan terhadap daging itik meningkat seiring tren kuliner khas nusantara yang semakin digemari masyarakat urban.

Dari sisi pengembangan genetik, pemerintah dan lembaga penelitian telah melakukan program persilangan antara Itik Mojosari dan Itik Alabio (dari Kalimantan Selatan) untuk menghasilkan varietas baru yang lebih unggul. Hasilnya dikenal sebagai Itik MA (Mojosari Alabio) yang memiliki produktivitas tinggi dengan daya tahan lebih baik terhadap lingkungan tropis lembap.

Selain itu, beberapa daerah mulai mengembangkan model integrasi itik dengan pertanian, seperti sistem sawah itik—di mana itik dilepas di sawah pasca panen untuk memakan hama dan gulma, sekaligus menghasilkan pupuk alami dari kotorannya. Sistem ini tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan.


Kesimpulan

Itik Mojosari merupakan salah satu kekayaan genetik unggas Indonesia yang terbukti adaptif, produktif, dan bernilai ekonomi tinggi. Dari asal-usulnya di Mojokerto, ras ini kini telah menyebar ke berbagai wilayah Nusantara dan menjadi tulang punggung industri telur asin serta peternakan itik lokal.

Keunggulan itik Mojosari terletak pada produktivitas telur yang konsisten, daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta kemampuan beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan. Dengan sistem pemeliharaan yang baik—mulai dari manajemen pakan, kandang, hingga kesehatan—hasil produksi bisa terus ditingkatkan tanpa mengorbankan kesejahteraan hewan.

Lebih dari sekadar hewan ternak, itik Mojosari adalah simbol ketahanan pangan berbasis lokal yang menunjukkan bahwa potensi genetik Indonesia mampu bersaing dengan ras impor. Dengan dukungan riset, pelatihan, dan inovasi berkelanjutan, itik Mojosari berpeluang menjadi salah satu komoditas unggas unggulan nasional yang berkontribusi besar terhadap ekonomi rakyat dan ketahanan pangan Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top